"Aku adalah Yesus, lahir dalam daging. Aku datang untuk berbicara kepadamu lagi tentang hati nurani palsu. Ini adalah hati nurani yang tidak terbentuk dalam kebenaran. Orang seperti itu tidak mengakui dosa sebagai apa adanya. Mungkin dia telah menggantikan kebenaran dengan alasan manusia. Dengan cara ini, jiwa mungkin percaya bahwa dia berhak memilih perintah-perintah, hukum Gereja, atau dogma yang akan dia ikuti dan terima. Tetapi ketika jiwa datang kepadaku untuk dihakimi, Aku tidak mengikuti pemikiran salah itu. Aku bertanya, 'Apakah kamu mencintai Aku cukup untuk mematuhi semua Perintah? Dan jika Katolik, apakah kamu taat terhadap Hukum Gereja dan tidak menantang Doktrin dan Tradisi?' "
"Hati nurani palsu seperti ini. Ada dua perahu kayu yang meninggalkan pantai. Sebentar setelah berlayar, setiap perahu mengalami kebocoran. Pria di perahu pertama, ketika melihat kebocoran, memperbaiki dan tiba aman ke pesisir seberang. Pria di perahu kedua, ketika melihat kebocoran, memutuskan untuk mengabaikannya. Bahkan dia menolak bahwa ada kebocoran itu. Perahunya cepat tenggelam di bawah air - bersama dengan prianya."
"Hati nurani sangat mirip dengan perahu ini. Jika jiwa menolak bahwa dia bersalah atas kesalahan, maka dalam mataku dosa itu belum dibebaskan. Hukum adalah hukum. Hati nurani individu tidak dapat mengubahnya. Tidak ada yang bisa berdebat denganku pada hari penghakiman terakhir dan meyakinkan Aku bahwa salah benar. Karena Aku mengetahui Kebenaran dan seluruh umat manusia telah diberikan Kebenaran. Aku tidak akan terpengaruh oleh frasa-frasa umum seperti, 'hak memilih', 'feminisme', atau 'gaya hidup alternatif'. Istilah-istilah ini diilhami oleh musuh."
"Minta karunia untuk melihat dengan kejujuran dan integritas ke dalam hatimu sendiri. Karunia itu akan diberikan."